Minggu, 12 Agustus 2012

LAGI, TENTANG LAKI – LAKI


Saat kau menikah bukan dengan ku, maka akulah orang yang akan menagis pertama kali.

Pesan singkat itu yang benar-benar menggunjang hati nya. Begitu mudahkah laki-laki itu mempermainkan perasaannya. Ia, wanita yang masih memendam cinta pada cinta pertamanya sampai saat ini, meski sekarang tak sempat ia mengungkapkan kembali seperti dulu, namun perasaan itu tak dapat ia sembunyikan. Pengharapan akan masa depan dengan sosok yang pernah menjanjikan sebuah kehidupan bahagia, kini ia masih berharap, namun harapannya hanya tertuju pada-Nya.

Tepatnya dulu, ia pernah menanamkan cinta pada seorang laki-laki. Dulu, memang pertama kalinya ia mengerti, seperti itukah rasanya menyayangi seseorang. Dulu, ia hanya mengerti ketika menyayangi seseorang, artinya ia harus berkorban apapun untuk mempertahankan nya, atas janji-janji yang telah terucapkan padanya. Janji yang membuatnya bertahan meski hati kian padam panas merasakan penatnya ulah laki-laki itu, saat hatinya berkali-kali disayat belati. Namun kini.....ia menyadari semuanya, pada siapa cintanya harus di beri.

Dua tahun lalu, memang Agung adalah sosok yang sangat berharga di hatinya. Dua tahun lalu, Agung  pula yang benar-benar merasuki pikiran nya. sehingga ia benar-benar terpedaya oleh cintanya. Dua tahun lalu, dan semua adalah masa lalu. Kini ia dapat membuka lembar baru dalam hidupnya, luka yang menyayat hati kini mulai terobati, ia telah menemukan cinta yang melebihi cintanya pada Agung. Sungguh, ia bersyukur atas masa lalu, karena masa itulah yang membawanya hingga seperti ini. All is well, dan semua akan baik-baik saja, itulah yang membuatnya bertahan sampai saat ini.

Namun ternyata, semua itu belumlah cukup. Perjumpaan dengan Agung dalam kondisi apapun ia jaga agar hatinya tetap tenang. Meski dalam hatinya, gemuruh gaduh dan berdesir-desir. Di akui Rani masih menyimpan rasa dengan Agung. Meski masa lalu hampir membuatnya menghabisi nyawanya sendiri karena merasa dihianati, di duakan, dan berkali-kali di bohongi. Lepas dari hubungan yang biasa-biasa saja, karena hubungan mereka sudah terlampau jauh melangkah dan tinggal sejengkal lagi. Namun ternyata... pukulan yang lebih dari sekedar tamparan biasa, hatinya merasa terkoyak. Dan STOPP... itu adalah masa lalu. Masa lalau yang ia yakini tak akan termaafkan selamanya. Dan itulah salah satu alasan kuat ia tetap bertahan meski berhadapan dengan Agung. Atas masa lalu yang membuatnya meronta dan iapun meyakini ada yang lebih baik yang Allah tujukanpadanya. Namun jauh di dalam hatinya, nama Agung belum lah hilang. Masih terus ia mencari jawaban atas do’anya. Bila ia boleh meminta, izinkan Agung menjadi suaminya.

Dengan nama Allah, ia coba menenangkan hatinya. Atas pesan yang ia terima. Pesan nyata berisi sebuah ajakan istimewa. Ya Robb berkali-kali ia sebut nama Tuhannya. Apa yang harus ia lakukan. Merasa adanya peluang karena cintanya tidaklah bertepuk sebelah tangan. Karena anak itu ternyata masih mencintainya.  Hanya saja, apakah itu benar-benar jawaban yang telah Allah berikan sementara hatinya, belum sepenuhnya yakin dengan sikapnya, benahkah sudah berubah...?

Ia trus saja berfikir, apa yang Agung  lihat darinya, hingga tiba-tiba ia hadir kembali dengan kata-kata yang sungguh tiada terduga, atas nama Allah ia hanya bisa mengatakan, “bila memang siap dengan cintamu, maka bawa aku dengan cara yang halal”.

Rani menyakini Agung  telah berubah, iapun mendapati Agung jauh lebih baik. Bila ini jalan Allah untuk harus bertemu dengannya kembali, maka atas nama Allah, ia ingin berjalan dengan Iman dan Islam.

Dua minggu berlalu hatinya kembali di sayat belati. Agung...... tidak berubah. Dua minggu ini ia coba mengumpulkan seluruh keyakinan dan kepercayaan yang sempat membuatnya ragu. Namun, setelah semuanya hampir siap, ternyata ia terpaksa harus menanam kebecian itu kembali pada sosok Agung. Atas apa yang ia lihat, "ikhwan ohh ikhwan".... berboncengan dengan yang bukan mukhrim begitu mesra, seperti itukah perubahan, batinnya mendengung. sungguh apa yang ia lihat benar-benar membuka seluruh mata hatinya. sekilas, sepertinya Agung tak merasa kalau Rani mendapatinya berlalu melewati Rani ketika Rani hendak pulang dari pasar pagi ini. Bohong.... kembali ia di bohongi. Dan dari sampai di situ, benar-benar ia meyakini dengan mendekatkan kembali dengan Agung,  Allah memiliki rencana, agar  ia lebih memahami sebenarnya siapa sosok Agung. Bukan untuk di harapkan, tapi untuk di luapakan...
All is well, semua akan baik-baik saja, hanya itu yang membuatnya berthan samapai saat ini

Laki-laki, sungguh aku tak mengerti...
Mudah ia hadir dengan membawa cinta, meyakinkan cinta, lalu kemudian menyakiti cinta karena menduakan cinta, hingga berakhir sampai sang wanita memendam cinta..... lalu kini, setelah silam wanita itu lupa dengan segala perih yang tertanam di hati, laki-laki itu hadir kembali membawa cinta itu kembali padanya, namun lagi-lagi.... menyakitinya kembali.

Laki-laki, sungguh aku tak mengerti...
Bukan maksud mengklaim segalanya salah laki-laki, hanya saja bisakah ia menanam cinta dan menjaganya untuk ia yang benar-benar mencintainya. Mereka begitu mudah mengatakan cinta. Duh... laki-laki, mengertilah, sedikit rayuan mu, maka wanita dengan mudah jatuh hati pada mu...

Laki-laki, sungguh aku tak mengerti...
Meski laki-lakipun berhak menyalahkan perempuan dengan pertanyaan yang serupa. Namun tetap saja, aku tak mengerti....

Laki-laki,
Aku mohon kau mengerti, sedikit rayuan mu pada wanita bukan muhrimmu, itu adalah maut untuknya

Wanita,
Atas perasaan mu yang sangat peka, jagalah hatimu, agar jangan mudah mendengar rayuan dari laki-laki bukan muhrim mu.

Tidak ada komentar: