Saat kau menikah bukan dengan ku, maka akulah orang yang akan menagis pertama kali.
Pesan
singkat itu yang benar-benar menggunjang hati nya. Begitu mudahkah laki-laki
itu mempermainkan perasaannya. Ia, wanita yang masih memendam cinta pada cinta
pertamanya sampai saat ini, meski sekarang tak sempat ia mengungkapkan kembali
seperti dulu, namun perasaan itu tak dapat ia sembunyikan. Pengharapan akan
masa depan dengan sosok yang pernah menjanjikan sebuah kehidupan bahagia, kini ia
masih berharap, namun harapannya hanya tertuju pada-Nya.
Tepatnya
dulu, ia pernah menanamkan cinta pada seorang laki-laki. Dulu, memang pertama
kalinya ia mengerti, seperti itukah rasanya menyayangi seseorang. Dulu, ia hanya
mengerti ketika menyayangi seseorang, artinya ia harus berkorban apapun untuk
mempertahankan nya, atas janji-janji yang telah terucapkan padanya. Janji yang
membuatnya bertahan meski hati kian padam panas merasakan penatnya ulah
laki-laki itu, saat hatinya berkali-kali disayat belati. Namun kini.....ia menyadari
semuanya, pada siapa cintanya harus di beri.
Dua
tahun lalu, memang Agung adalah sosok yang sangat berharga di hatinya. Dua
tahun lalu, Agung pula yang benar-benar
merasuki pikiran nya. sehingga ia benar-benar terpedaya oleh cintanya. Dua
tahun lalu, dan semua adalah masa lalu. Kini ia dapat membuka lembar baru dalam
hidupnya, luka yang menyayat hati kini mulai terobati, ia telah menemukan cinta
yang melebihi cintanya pada Agung. Sungguh, ia bersyukur atas masa lalu, karena
masa itulah yang membawanya hingga seperti ini. All is well, dan semua akan
baik-baik saja, itulah yang membuatnya bertahan sampai saat ini.
Namun
ternyata, semua itu belumlah cukup. Perjumpaan dengan Agung dalam kondisi
apapun ia jaga agar hatinya tetap tenang. Meski dalam hatinya, gemuruh gaduh
dan berdesir-desir. Di akui Rani masih menyimpan rasa dengan Agung. Meski masa
lalu hampir membuatnya menghabisi nyawanya sendiri karena merasa dihianati, di
duakan, dan berkali-kali di bohongi. Lepas dari hubungan yang biasa-biasa saja,
karena hubungan mereka sudah terlampau jauh melangkah dan tinggal sejengkal
lagi. Namun ternyata... pukulan yang lebih dari sekedar tamparan biasa, hatinya
merasa terkoyak. Dan STOPP... itu adalah masa lalu. Masa lalau yang ia yakini
tak akan termaafkan selamanya. Dan itulah salah satu alasan kuat ia tetap
bertahan meski berhadapan dengan Agung. Atas masa lalu yang membuatnya meronta
dan iapun meyakini ada yang lebih baik yang Allah tujukanpadanya. Namun jauh di
dalam hatinya, nama Agung belum lah hilang. Masih terus ia mencari jawaban atas
do’anya. Bila ia boleh meminta, izinkan Agung menjadi suaminya.
Dengan
nama Allah, ia coba menenangkan hatinya. Atas pesan yang ia terima. Pesan nyata
berisi sebuah ajakan istimewa. Ya Robb berkali-kali ia sebut nama Tuhannya. Apa
yang harus ia lakukan. Merasa adanya peluang karena cintanya tidaklah bertepuk
sebelah tangan. Karena anak itu ternyata masih mencintainya. Hanya saja, apakah itu benar-benar jawaban
yang telah Allah berikan sementara hatinya, belum sepenuhnya yakin dengan
sikapnya, benahkah sudah berubah...?
Ia
trus saja berfikir, apa yang Agung lihat
darinya, hingga tiba-tiba ia hadir kembali dengan kata-kata yang sungguh tiada
terduga, atas nama Allah ia hanya bisa mengatakan, “bila memang siap dengan cintamu, maka bawa aku dengan cara yang halal”.
Rani
menyakini Agung telah berubah, iapun mendapati
Agung jauh lebih baik. Bila ini jalan Allah untuk harus bertemu dengannya
kembali, maka atas nama Allah, ia ingin berjalan dengan Iman dan Islam.
Dua
minggu berlalu hatinya kembali di sayat belati. Agung...... tidak berubah. Dua
minggu ini ia coba mengumpulkan seluruh keyakinan dan kepercayaan yang sempat
membuatnya ragu. Namun, setelah semuanya hampir siap, ternyata ia terpaksa
harus menanam kebecian itu kembali pada sosok Agung. Atas apa yang ia lihat, "ikhwan ohh ikhwan".... berboncengan dengan yang bukan mukhrim begitu mesra, seperti itukah perubahan, batinnya mendengung. sungguh apa yang ia lihat benar-benar membuka seluruh mata hatinya. sekilas, sepertinya Agung tak merasa kalau Rani mendapatinya berlalu melewati Rani ketika Rani hendak pulang dari pasar pagi ini. Bohong.... kembali ia di bohongi. Dan dari
sampai di situ, benar-benar ia meyakini dengan mendekatkan kembali dengan
Agung, Allah memiliki rencana, agar ia lebih memahami sebenarnya siapa sosok
Agung. Bukan untuk di harapkan, tapi untuk di luapakan...
All
is well, semua akan baik-baik saja, hanya itu yang membuatnya berthan samapai
saat ini
Laki-laki,
sungguh aku tak mengerti...
Mudah
ia hadir dengan membawa cinta, meyakinkan cinta, lalu kemudian menyakiti cinta
karena menduakan cinta, hingga berakhir sampai sang wanita memendam cinta.....
lalu kini, setelah silam wanita itu lupa dengan segala perih yang tertanam di
hati, laki-laki itu hadir kembali membawa cinta itu kembali padanya, namun
lagi-lagi.... menyakitinya kembali.
Laki-laki,
sungguh aku tak mengerti...
Bukan
maksud mengklaim segalanya salah laki-laki, hanya saja bisakah ia menanam cinta
dan menjaganya untuk ia yang benar-benar mencintainya. Mereka begitu mudah
mengatakan cinta. Duh... laki-laki, mengertilah, sedikit rayuan mu, maka wanita
dengan mudah jatuh hati pada mu...
Laki-laki,
sungguh aku tak mengerti...
Meski
laki-lakipun berhak menyalahkan perempuan dengan pertanyaan yang serupa. Namun
tetap saja, aku tak mengerti....
Laki-laki,
Aku
mohon kau mengerti, sedikit rayuan mu pada wanita bukan muhrimmu, itu adalah
maut untuknya
Wanita,
Atas
perasaan mu yang sangat peka, jagalah hatimu, agar jangan mudah mendengar
rayuan dari laki-laki bukan muhrim mu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar