Kamis, 30 Agustus 2012

berdamai dengan hati

> Ketika kamu merasa kamu tak bahagia dengan hidupmu, ingatlah, bahwa ada seseorang yg bahagia hanya karena kamu ada.

> ketika kamu di pusingkan oleh orang yang tak memperhatikan mu, ingatlah, bahwa ada seseorang yang merindukanmu lebih

> ketika kamu merasa tidak ada yang perduli dengan mu, ingatlah... bahwa ada seseorang yang sangat perduli dengan keadaan mu, bahkan ketika sakitpun, ialah orang yang pertama kali mengkhawatirkan mu

> ketika kamu di sibukan dengan kesombongan, ingatlah, bahwa di sana ada seseoarang yang bersusah payah mencukupi semua kebutuhan mu

> ketika kamu mulai mencibir kekurangan orang lain, ingatlah, bahwa di dalam dirimu, ada kebusukan yang senantiasa Allah jaga. agar kebusukannya tak tercium oleh yang lain.

> ketika kamu mulai resah dengan cibiran orang lain, ingatlah, baha pun ada orng yang menerima mu apa adanya...

> ketika kamu malu dengan kekurangan mu, ingatlah, masih ada seseorang yang menanti karyamu

sobat, syukuri hidup, nikmati hidup, dan berterimakasih atas hidup.
berikan yang terbaik untuk orang yang senantiasa mencintaimu dengan cinta. mempermasalahkan masalah hanya akan mempersulit diri kita. lebih baik nyalakan diri kita untuk menerangi tempat yang mau kita terangi. dan biarkan kegelapan itu terang atas sinar yang kau pancarkan. sedang mereka yang tak ingin melihat kita bahagia, biarkan mereka dengan cara mereka. sedang yang kita butuhkan adalah satu. memahami hidup, karena hidup selalu ada 2 sisi, gelap dan terang, musuh dan teman, kaya dan miskin, dsb... dan cara yang terbaik adalah memaafkan mereka semua, tanpa harus ikut dalam pertarungan yang telah mereka ciptakan yang hanya akan menjatuhkan diri kita.

semangat malam semua.... terimakasih telah hadir ke dunia

@corynotes ==> > Ketika kamu merasa kamu tak bahagia dengan hidupmu, ingatlah, bahwa ada seseorang yg bahagia hanya karena kamu ada.

Jumat, 17 Agustus 2012

Benarkah Laki-Laki sangat cenderung menginginkan yang praktis

Lima lawan Dua.... tepatnya lima Logika lawan dua perasaan. tetap saja, berapapun banyaknya perasaan yang ada untuk melawan logika, ia akan lebih memilih untuk mengalah


tepat hari ini, dua hari sebelum ramadhan kami bertujuh dua ahwat dan lima ikhwan sepakat untuk musyawarah, sempat terjadi adu pendapat. hanya bahasan sepele terkait agenda ramadhan untuk mahasiswa. namun yang lebih saya lihat bukan dari permasalahan yang kita bahas. yakni lebih ke cara pendang antara laki-laki dan perempuan hingga berujung konflik dan adu pendapat. dan ternyata secara tidak sadar aku menguaknya saat ini.

dari seoarang sahabat saya, yang memilih diam saat saya dan salah satu rekan saya (ikhwan) adu pendapat . dan kemudian ia mengingatkan saya, "kenapa harus saling memperkuat pendapat, ya jelas banyak perbedaan. mereka para ikhwankan pake logika, gak dipikir pakai perasaan dulu ukh" celetuk sahabat ku. hmmmm aku langsung tertegun, dan mengiyakan apa saja yang di sampaikan para ikhwan

begitukah...?

bukan masalah perbedaan sebenarnya yang menjadi permasalahan. saya terkadang juga luput dari penyadaran, bahwa hakikatnya laki-laki dan perempuan secara harfiah memang berbeda. namun ada satu sisi yang mungkin sulit untuk  kita pahami adalah rasa untuk menghargai. dimana kedua belah pihak (laki-laki dan perempuan) ketika beradu pendapat pasti akan berujung cekjok dan saling meperkuat pendapat.

contoh paling mudah adalah kisah romantisme dua orang sejoli, awalnya sih, seneng, adem ayem. lanju ke waktu berikutnya, pasti akan menimbulkan percecokan sengit, hingga berujung perpisahan. dimana diantara keduanya tidak ada yang mau mengalah. malahan saling menyalahkan pasangannya dan hanya membenarkan diri sendiri.

kembali ke pembahasan seputar saling menghargai. kata-kata yang simpel, serimng di dengar,  namun kenyataanya, ketika terjadi cekcok dan adu pendapat, kata itu mudah sekali hilang dari jangkauan pikiran kita.

saya lebih senang dengan kata belajar bersama, untuk itu, yuk mari kita saling berbenah, saling mengingatkan. dan saling menghargai. di tambah dengan adanya postingan ini, semoga bermanfaat untuk sahabat semuanya....


terimaasih..

Minggu, 12 Agustus 2012

AKU BERBEDA


Siapa yang tak ingin segala kebutuhannya tercukupi, bahkan berlimpah. Siapa yang tak ingin hidup tanpa beban dan segalanya ada ketika kita butuh...?

Siapa yang tak ingin...?
Siapa yang bisa mengelak dengan pertanyaan itu, semuanya ingin pun juga aku. Aku berbeda, lantas bermasalahkah...!, aku berbeda , salahkah...!. aku tak lagi memandang hidup dari segi kenikamatan semata. Aku tak lagi memandang masa usiaku untuk semata mencarai alasan untuk bersenang-senang dan berpesta.  

Jam berdetak jelas di telinga ku, suaranya seolah-oleh mendayu-dayu di otak ku. Semua nampak jelas, aku mengingat kata-kata itu, mengingat ekspresi itu, mengingat cara mereka memperlakukan ku, semuanya tak lepas dari sindiran dan penolakan. Mata ku menerawang jauh kemasa lalu, ketika aku sering bersama mereka,  ketika itu pula aku lebih sering mengikuti kata-kata mereka. Akupun merindukan masa itu sekarang, setidaknya aku bisa merasakan arti sebuah persahabatan.

Apa yang salah dari diriku, ketika aku sekarang lebih sibuk dengan pekerjaanku, ketika aku lebih memilih hidup mandiri dengan konsekuensi segalanya serba irit karna ku batasi. Ketika aku lebih memilih merubah penampilan dan jilbab ku. Ketika aku lebih memilih diam ketimbang tertawa terbahak-bahak atas kekurangan yang orang lain miliki. Ketika aku lebih memilih bungkam ketimbang nimbrung dalam orolan yang membahas kesalahan sahabat sendiri. Namun ternyata, ketika itu pula aku harus siap jauh dari orang-orang yang dulu pernah mengaku sahabat ku. 

Namaku Nadia, lengkapnya Nadia Puspita. Aku kuliah di salah satu perguruan tinggi favorit di tempatku. Aku lahir dari keluarga serba ada, Ayahku termasuk orang kaya di desaku. Setidaknya anggapan itulah yang ada di benak teman-teman sekelasku. Meski penampilanku biasa saja, namun aku memiliki segalanya. Apa yang teman-teman sekelasku tak memiliki, maka akulah yang memilikinya terlebih dahulu. Bahkan tugaspun, ketika mereka kepayahan, maka akulah yang merampungkan terlebih dahulu, sehingga mereka dengan leluasa menyalin tugasku. Gambaran sosok sahabat saat itu adalah ketika mereka mengeruminiku. Waktu berlalu sampai ku menginjak semester empat. Dari situlah kusadari, mana mereka yang sejatinya mengaku sahabat, atau mereka yang hanya memanfaatkanku untuk menjadi sahabat ku.

Mereka menjauh saat aku memutuskan merubah segalanya, bahkan mereka lebih senang menggunjing keadaanku ketimbang mensupprot ku ketika aku kekurangan, entah uang untuk membeli buku atau sekedar lauk untuk makan siangku. Agrrrrrr....... aku merasa kewalahan, bukan karena keputusan ku untuk merubah diri ku, tapi aku kuwalahan atas sikap mereka. Jilbab besar ku selalu jadi alasan untuk mereka menjauhi ku, sikap irit ku akan jadi bahan ejekan, apalagi saat ada kegiatan dan membutuhkan uang untuk iuran meski sekedar dua puluh ribu. Aku tak butuh belas kasihan mereka, karena inilah keputusan ku. keputusan untuk hidup mandiri dan merubah diri. Akupun tak butuh bantuan mereka karena aku sudah memiliki temapat dimana aku harus meminta pertolongan. Namun, tidakkah mereka bisa menghargaiku. Jujur aku malu, jujur aku sedih, jujur aku ingin menangis di pelukan sahabatku. Mana mereka, mana....! tanda tanya besar atas keberadaan mereka saat ini....

Panas terik menambah kegalauanku atas kejadian yang baru saja terjadi padaku. Ku pandangi jam tangan yang bersemayam di tangan kananku, hhhhhh helaan kecil setidaknya mengurangu beban di hatiku. Dua jam yang lalu, aku masih di kampus. Aktifitas biasa setelah jam kuliah selesai, aku memutuskan untuk berkumpul dengan teman-teman sekelasku. Ternyata, akan ada rencana yang akan mereka lakukan sore ini. Aku tersenyum dan berharap bisa ikut dengan mereka. Ku tepis rasa duka ku yang lalu, mencoba memperbaiki semuanya, berharap semua akan menjadi lebih baik, dan akupun mulai bertanya, “mau ada acara apa nih, ikut donkk”....sontak mereka menjawab dengan sindiran yang sangat nyata “idih, sapa lu... dah sono ngaji-ngaji aja. Tuh, lu kan demen ama yang jalan sama nunduk-nunduk, kesandung lah baru tau rasa. Ni mah parti kita, bukan buat lu – lu yang sok alim”... jlebbb hatiku benar-benar tertusuk. Ingin rasanya ku segera menghindar, bagaimana caranya. Langsung pergi dari kerumunankah, ahhh itu hanya akan menambah bahan tertawaan mereka. Hanya ku balas dengan senyuman, yah tepatnye senyuman pahit. Selepas itu aku diam dan memanfaatkan buku yang aku bawa untuk berpura-pura membacanya. Dalam hati ku, aku rentak dan menagis dalam diam. Meski air mata ini tertahan dalam-dalam. Ingin rasanya segera pulang ke kosan, tidur dan melupakan segala....

Hhh.............. jarak yang hanya satu kilo meter terasa berpuluh-puluh kilo, ternyata masih jauh kosan ku, untuk di tempuh dengan berjalan kaki. Tapi aku sendiri malas untuk mempercepat langkah ku.... perjalanan yang coba untuk aku nikmati, meski sengat matahari cukup menguji emosi. Tik tok tiik tok... aku membunyikan tiap langkah ku, dengan senyuman yang sedikit aku kembangkan, yakin bahwa semuanya akan berakhir dengan indah...

Bippppp........ HP ku berbunyi. Tanda ada SMS yang masuk.  “uiiiiiii, mau kemana lu panas-panas. Berhenti, gua yoook, gua mau manggil gak enak teriak panas-panas, secara suara gua kan emas, takut banyak yang kesemsem sama suara gueee...” . hahahahaha dalam hati ku tertawa, alhamdulillah ada pencerahan. Akupun membalasnya dengan sapaan humor “mau pulang gua, jadi artis di kampus cukup melelahkan, gua mau rehat,,,, hahahaha, mau kemana tah...? “. SMS dari Ema sedikit menghiburku, dia adalah salah seorang aktifis lembaga dakwah di kampus, aktif, enerjik dan selalu bisa membuat ku tertawa,setidaknya itulah yang membuat ku kagum dengan nya dan teman-temannya. Bahwa aktifis juga bisa berbahasa “Lo and Gua” gak cuman ana (aku) , antum (arti sebenarnya adalah kalian, namun lebih digunakan untuk membahasakan kamu) , akhi (panggilan untuk aktifis laki-laki) dan ukhti (panggilan untuk aktifis perempuan). Sesaat kemudian Ema muncul dengan motor beat merahnya, “nyok ikut gua, lu kayanya butuh obat... hahahahaha “.... aku mengerti dengan kata-katanya. Tanpa berfikir panjang akupun langsung duduk di jok belakang. Wushhhh lima belas menit kemudian sampai juga di pelataran luas yang sangat teduh, banyak para akhwat di sana. Rupanya mereka sedang ada rujak party. Aku bukan siapa-siapa, aku anak baru di kalangan mereka, akupun tak tau siapa-siapa tentang mereka. Namun dari Ema aku mulai mengenal mereka. Akrab, lembut, halus, dan tutur yang sopan, aku suka....

Lepas dari peristiwa tadi aku mulai mengerti, dihadapan ku ada banyak orang yang menuntun langkah ku, meski ada banyak yang mencibir mereka, tapi mereka yakin, mereka tak sendiri. Aku mulai paham dengan kondisi mereka, mereka memang belum bisa di pandang sebagai orang yang paham dengan agama, bukan orang yang alim, namun cukup seing di katakan sok alim, bukan orang pandai tapi mereka mencoba untuk tau segalanya. Bukan ustadz, tapi mereka banyak belajar dari para ustadz. Dan itulah yang membuat ku bangga dengan mereka. Setidaknya sekaranglah yang coba aku lakukan saat ini. Mencoba merubah segalanya, bukan seperti mereka, tapi seperti kata hati ku. aku memang tak tau apa yang akan terjadi esok,  apa yang akan terjadi dengan teman-teman sekelasku bila aku tetap bertahan dengan perubahan ku. namun aku yakin, aku akan menjadi lebih baik dari mereka.......

Salam ukhuwah

Inspirasi seorang sahabat

Bandar Lampung, 26 Juli 2012

KU KATAKAN “AKU MENCINTAIMU”


Bila boleh ku meminta pada-Mu, tidak ada siapa yang terlebih dahulu menghadap kepada-Mu. Karena ku tak ingin ia menangis melihatku pergi meninggalkannya, dan hatiku tak akan rela kehilangannya. Ku ingin hidup atas abdiku kepadanya. Sampai aku benar-benar memberikan tumpah bhaktiku kepadanya.

Ku pandangi wajah yang syarat akan makna. Kerutan di wajahnya membuat hatiku terenyuh dan menahan rasa dalam-dalam. Sedang ungkapan cinta ini hanya terpendam dalam dada.

Kembali ku tengok masa kanak-kanak ku, samar-samar ku ingat tingkah polahku semasa kecil. Ironi canda dan tawa kehadiran ku di tengah-tengah ayah dan ibuku.  Dan sekarang, Yappp.... aku sekarang sudah tumbuh dewasa, menjadi gadis yang anggun dan menawan, setidaknya itu yang ayah lihat dari ku saat ini. Pikiranku kini sudah jauh kedepan, bila dulu ku sering duduk dalam pelukan ayah, kini ku lebih sering melihat punggungnya berlalu meninggalkan ku. seperti saat ini, ketika ku hantarkan beliau pulang kembali kerumah.

Waktu menunjukan jam dua siang, tepatnya baru saja ku lihat ayah disini. Dari jam sepuluh beliau ada di kosan ku, sekedar menengok keadaan ku dan berbincang-bincang ringan. Dari luar beliau nampak kekar dan sangar, bahkan jarang sekali nampak hangat di hadapan ku bila aku berada di rumah. Sering teman-teman ku mengeluh takut bila ingin berkunjung dan bermain dengan ku. ahhh........ sudah biasa bagiku, karena memag seperti itulah karakter beliau bahkan sampai kini ku menginjak usia ke dua puluh dua. Namun jauh didalam hatinya, ia adalah sosok  yang sangat berpengaruh dalam hidupku.

Dalam, benar-benar dalam ku ingin memeluknya, sekedar penyembuh keluh yang coba ia sembunyikan, namun sangat nampak  dari sorot mata yang ia pancarkan. Ohh..Ayah kurasakan benar jerih lelah yang  terselip dalam senyum kecilmu itu. Adakah obat sebagai penyembuh rasa lelah di benak mu. Apakah yang kau rasakan, ku ingin tau. Aku, apakah terlalu merepotkan mu... ohh Ayah...

Dari laki-laki, aku sungguh tak mengerti apa yang sebenarnya ada dalam hatinya, tanggung jawabnya, kesetiaanya yang terkadang di pandang setengah hati. Mereka  nampak tegar untuk mengeluarkan air mata, meraka nampak pula angkuh untuk menunjukan kasih sayang kepada anaknya, kasar, terkadang itu pula yang mereka gambarkan kepada anak-anak mereka, namun ku tau, jauh di dalam hatinya, mereka juga ingin memeluk, mereka juga ingin mencium kening anak mereka, mereka juga ingin meringkih melihat anaknya kesakitan dan berbuat kesalahan. Hal seperti itu juga uk lihat dari ayah ku, beliau...... hhhhh......Ayahku, betapa bersyukurnya aku. Meski terkadang pernah ku merasa betapa kolotnya pemikiran orang tua, betapa tak mengertinya terhadap perasaan seorang anak, betapa ego yang sangat ia unggulkan, namun jauh dari semua itu di dalam hati ini ku akui engkaulah sosok yang sangat aku kagumi. Di dunia ini ku ingin abdikan hidupku untuk mu, hanya untuk mu. Lepas kepergian Ibu, hanya engkau yang  menjadi motivasi terselubung dari setiap langkah ku. sosok seorang ibu ku tanam dalam dalam dalam nurani ku, ku ingat betul betapa manisnya ia, dan ku tau engkau merindukannya. Ohh ayah, maafkan aku. Ku bermimpi Tajam akan kesuksesan yang ingin ku persembahkan untuk mu, tapi nyatanya sampai saat inipun aku masih menjadi beban.

Ku coba menjalani hidup atas tumpuan kaki ku sendiri. Tangis ku menahan perih batu sandungan saat ku coba menjalani ini semua. Naluri, benarkah karena naluri, kau datang saat ku benar-benar merasa terpuruk, kau melegakan aku, namun kehadiran mu, menambah sesak atas puing-puing yang berantakan dalam dada. Masih begini saja aku belum bisa memberikan apa-apa pada mu.......
Ahhhh.......... akupun tertunduk lesu. Ayah maaf kan aku........

Salam cintaku.....

Lampung Timur, 29 Juli 2012

KENAPA HARUS ADA SEBUTAN ANAK TIRI


Ia seorang gadis yang periang, cantik, dan cekatan. Tersirat senyum yang selalu terkembang dan itu ia pertahankan dimanapun ia berada, namun jauh di dalam hatinya tersimpan kepedihan masa kecil yang tak kunjung lekang hingga saat ini.

Aku hanya bisa menundukan kepala mendengar ceritanya. Menahan bendungan air mata yang sedikit lagi akan tumpah, ku coba menahan dalam-dalam meski terasa benar rasa perih yang tertanam dalam hatinya,

Sayang.... kau tak sendiri.

Sekarang, aku mengetahui , ada satu wajah lagi yang ia tutupi di balik senyum riangnya. Raut wajah yang selama ini ia sembunyikan di hadapan teman-temannya tumpah di hadapan ku, ketika ia menangis dan mecoba berkata meski terbata-bata. Ku rasakan benar posisinya, aku tau benar bagaimana hatinya ingin menjerit dan butuh bala bantuan. Kenapa harus ada sebutan anak tiri, tak ada yang ingin menyandang status seperti itu , saat kesetiaan di balas dengan cacian dan hinaan. Kehilangan sosok seorang Ibu bukan hal yang perlu diratapi, namun bila sosok itu tergantikan oleh orang yang tak mengenal arti mengasihi seorang anak yang merindukan sosok yang penyayang dalam keluarga. Tegar, hanya itu yang mampu ia pertahankan. Meski dalam kesendiriannya, ia menangis. Hari ini ia luluh, hari ini ia merasa lelah, hari ini ia menyerah, atas do’a dan pengharapan bahwa segalanya akan berubah. Rintik air mata membuat getaran saat ia mencoba berbicara “mbak, aku merindukan ibuku, bolehkah aku memelukmu”. Ya Allah, ku peluk ia erat-erat.

Program KKN dan PPL di mulai hari ini, program yang mau tidak mau harus aku ikuti, karena wajib sebagai syarat wisuda. Hanya yang aku permasalahkan di sini adalah fasilitas yang cukup memberatkan hati, transportasi yang sama sekali tak memadai, jalan yang tak bersahabat dan lain sebagainya. Dan aku harus bertahan selam delapan puluh hari di Desa Margomulyo Kecamatan Gunung Terang Kabupaten Tulang Bawang Barat di daerah yang cukup terpencil yang jauh dari akses informasi, jangankan internet, sinyalpun berasa pelit untuk sekedar berkirimkan pesan.

Jam delapan tepat, jam pertama di mulai di hari senin selepas upacara.  Hari ini adalah hari pertama aku mengajar di sekolah, dan ini untuk yang pertama aku menyandang status sebagai guru meski hanya sementara. Antara sanggup dan tak sanggup, antara ragu dan perasaan belum pantas berbicara di depan, memikirkan diriku sendiri yang belumlah baik. Ahhhh ku tepis semuanya, dan akupun berjanji pada diriku sendiri, mulai hari ini dan seterusnya aku akan terus memperbaiki diri, menjadi ibu untuk murit-murit ku, menjadi teladan untuk mereka, dan menjadi sahabat mereka. Akupun sudah sedikit belajar tentang tatacara mengajar, bukan sekedar mengajar, tapi bagaimana layaknya seorang guru menjadi sahabat dikelas. Dari pengalaman seminar dan training yang sering aku berikan baik di sekolah-sekolah maupun di luar sekolah. Akupun dapat  sedikit memahami karakter mereka. Meski ini adalah kali pertamanya aku menghadapi mereka, tepatnya untuk mengajar matematika.

Teringat motivasi yang benar-benar menggugah pikiranku, kata-kata motivasi yang ku dapatkan dari seorang guru yang selama ini banyak mengajarkan ku tentang dunia training. Saat itu, kami berjumpa di salah satu moment training besar di Bandung, dan beliau mengatakan padaku, “murit tak membutuhkan guru yang pintar, namun murit membutuhkan guru yang bisa mengajar, tidak ada murit yang bodoh, yang ada adalah guru yang membuat mereka merasa bodoh sehingga mereka di katakan boroh, semua murit pintar, karena guru yang bisa mengajar, begitu pula dalam training, siapa yang ada di depan kita adalah murit-murit kita”. Motivasi yang benar-benar tertanam dalam diriku,  dan saat inipun kata-kata itulah yang menemaniku melangkah menuju ruang kelas.

Aku masih agak canggung saat kunampakkan diriku di depan anak-anak. Deg... tarikan nafas ku membuatku sedikit rileks, tak kusadari ternyata banyak mata yang melihatku dan menungguku mengeluarkan kata-kata. Ahhh mereka, tubuh mereka tinggi-tinggi berbeda jauh dengan ku,  kecil, mungil, dan sekarang harus mulai terbiasa dengan sebutan Guru. Jam pertama ku mengisi kelas tiga, sapaan hangat dan perkenalan benar-benar mencairkan suasana. Alhamdulillah sambutan mereka sangat baik, sedikit PD ternyata mereka lebih menyukaiku ketimbang guru sebelumnya, hahaha... bahak ku dalam hati, dan moment itu tak kalah dari kelas lainnya. Alhamdulillah.... lagi-lagi tak lelah ku mengucapkan rasa syukur kepada-Nya atas ilmu yang telah Ia berikan padaku. Sehingga aku dengan mudah mempelajari karakter mereka...

Sudah tiga minggu aku mengajar disini. Aku sudah mulai terbiasa dengan lingkungan disini, Desa Margo Mulyo, Tulang Bawang Barat dan ini kali pertama aku singgah di tempat orang dalam waktu yang lama. Ahhh masih enam puluh tujuh hari lagi aku disini. Mengajar di MA Hidayatul Mubtadiin yang rawan dengan murit yang hampir punah. Tapi yang saya lihat adalah semangat belajar mereka. Tak kenal lelah meski ku akui, sulit untuk mereka menerima materi pelajaran. Karena keterbatasan transportasi dan fasilitas yang memadai. Akupun sangat senang, bisa memberikan sedikit yang aku miliki meski hanya sekedar ilmu.

Hari ini jadwal ku masuk kelas tiga, ada satu yang mengganjal hati ku di sini. Seorang anak dengan wajah yang sangat ceria dan bersemangat, namun jauh di dalam hatiku mengatakan ada yang sedang ia sembunyikan. Nampak jelas aku dapat membaca sedikit apa yang membebani pundaknya, apakah itu...? akupun tak tau. Hingga tumbuh rasa penasaran ku, dan ku beranikan untuk sekedar salam sapa lebih dekat. Keesokan harinya aku mendapatkan surat darinya, tak bisa berbicara di hadapan ku, meski ingin namun lidah terasa kelu. Tak bisa mengirimkan pesan lewat HP karena bingung memulai dari mana. Hingga ia memutuskan untuk menuliskan dalam tiga lembar kertas yang ia titipkan pada teman sebangkunya.

Ku baca dalam-dalam, tetesan air mata tak cukup mewakili rasa duka yang ku rasakan dari ceritnya. Bahkan teman sebangkunya tak tau apa-apa perihal kemelut di hatinya. Tak ada yang tau mengapa selama ini ia tinggal hanya dengan neneknya, pun tak ada yang menyadari mengapa selama ini ia jarang menceritakan sosok seorang ibu, ia begitu pandai menyembunyikannya, namun sejatinya ia terluka....

Habis  sudah masa KKN dan PPL, ada perpisahan kecil dari sekolah melepas kepergian kami, kami sekelompok sempat menginap semalam di sekolah, berapi unggun ria dan acara bakar ayam kecil-kecilan. Ku lihat anak itu melihat ku lekat, kudekati ia, dan “brukkk” ia ada dekapanku, dalam pelukan ku, menangis tersedu –sedu. Pesan yang ia sampaikan pun ku balas dengan sepucuk surat, alhamdullah bisa sedikit mengobati rasa sakitnya, namun yang membuat ku pilu adalah kata-katanya “mbak, maukah jadi Ibuku...?”. Ya Allah, andaikan ku mampu, pantaskah aku, ia yang mampu menyimpan sembilu di balik lentera hatinya, ia yang mampu menutupi luka, ia yang begitu tegar dan mampu menahan amarah dalam-dalam. Sedangkan aku, Ya Allah...... aku belajar banyak dari anak ini....

LAGI, TENTANG LAKI – LAKI


Saat kau menikah bukan dengan ku, maka akulah orang yang akan menagis pertama kali.

Pesan singkat itu yang benar-benar menggunjang hati nya. Begitu mudahkah laki-laki itu mempermainkan perasaannya. Ia, wanita yang masih memendam cinta pada cinta pertamanya sampai saat ini, meski sekarang tak sempat ia mengungkapkan kembali seperti dulu, namun perasaan itu tak dapat ia sembunyikan. Pengharapan akan masa depan dengan sosok yang pernah menjanjikan sebuah kehidupan bahagia, kini ia masih berharap, namun harapannya hanya tertuju pada-Nya.

Tepatnya dulu, ia pernah menanamkan cinta pada seorang laki-laki. Dulu, memang pertama kalinya ia mengerti, seperti itukah rasanya menyayangi seseorang. Dulu, ia hanya mengerti ketika menyayangi seseorang, artinya ia harus berkorban apapun untuk mempertahankan nya, atas janji-janji yang telah terucapkan padanya. Janji yang membuatnya bertahan meski hati kian padam panas merasakan penatnya ulah laki-laki itu, saat hatinya berkali-kali disayat belati. Namun kini.....ia menyadari semuanya, pada siapa cintanya harus di beri.

Dua tahun lalu, memang Agung adalah sosok yang sangat berharga di hatinya. Dua tahun lalu, Agung  pula yang benar-benar merasuki pikiran nya. sehingga ia benar-benar terpedaya oleh cintanya. Dua tahun lalu, dan semua adalah masa lalu. Kini ia dapat membuka lembar baru dalam hidupnya, luka yang menyayat hati kini mulai terobati, ia telah menemukan cinta yang melebihi cintanya pada Agung. Sungguh, ia bersyukur atas masa lalu, karena masa itulah yang membawanya hingga seperti ini. All is well, dan semua akan baik-baik saja, itulah yang membuatnya bertahan sampai saat ini.

Namun ternyata, semua itu belumlah cukup. Perjumpaan dengan Agung dalam kondisi apapun ia jaga agar hatinya tetap tenang. Meski dalam hatinya, gemuruh gaduh dan berdesir-desir. Di akui Rani masih menyimpan rasa dengan Agung. Meski masa lalu hampir membuatnya menghabisi nyawanya sendiri karena merasa dihianati, di duakan, dan berkali-kali di bohongi. Lepas dari hubungan yang biasa-biasa saja, karena hubungan mereka sudah terlampau jauh melangkah dan tinggal sejengkal lagi. Namun ternyata... pukulan yang lebih dari sekedar tamparan biasa, hatinya merasa terkoyak. Dan STOPP... itu adalah masa lalu. Masa lalau yang ia yakini tak akan termaafkan selamanya. Dan itulah salah satu alasan kuat ia tetap bertahan meski berhadapan dengan Agung. Atas masa lalu yang membuatnya meronta dan iapun meyakini ada yang lebih baik yang Allah tujukanpadanya. Namun jauh di dalam hatinya, nama Agung belum lah hilang. Masih terus ia mencari jawaban atas do’anya. Bila ia boleh meminta, izinkan Agung menjadi suaminya.

Dengan nama Allah, ia coba menenangkan hatinya. Atas pesan yang ia terima. Pesan nyata berisi sebuah ajakan istimewa. Ya Robb berkali-kali ia sebut nama Tuhannya. Apa yang harus ia lakukan. Merasa adanya peluang karena cintanya tidaklah bertepuk sebelah tangan. Karena anak itu ternyata masih mencintainya.  Hanya saja, apakah itu benar-benar jawaban yang telah Allah berikan sementara hatinya, belum sepenuhnya yakin dengan sikapnya, benahkah sudah berubah...?

Ia trus saja berfikir, apa yang Agung  lihat darinya, hingga tiba-tiba ia hadir kembali dengan kata-kata yang sungguh tiada terduga, atas nama Allah ia hanya bisa mengatakan, “bila memang siap dengan cintamu, maka bawa aku dengan cara yang halal”.

Rani menyakini Agung  telah berubah, iapun mendapati Agung jauh lebih baik. Bila ini jalan Allah untuk harus bertemu dengannya kembali, maka atas nama Allah, ia ingin berjalan dengan Iman dan Islam.

Dua minggu berlalu hatinya kembali di sayat belati. Agung...... tidak berubah. Dua minggu ini ia coba mengumpulkan seluruh keyakinan dan kepercayaan yang sempat membuatnya ragu. Namun, setelah semuanya hampir siap, ternyata ia terpaksa harus menanam kebecian itu kembali pada sosok Agung. Atas apa yang ia lihat, "ikhwan ohh ikhwan".... berboncengan dengan yang bukan mukhrim begitu mesra, seperti itukah perubahan, batinnya mendengung. sungguh apa yang ia lihat benar-benar membuka seluruh mata hatinya. sekilas, sepertinya Agung tak merasa kalau Rani mendapatinya berlalu melewati Rani ketika Rani hendak pulang dari pasar pagi ini. Bohong.... kembali ia di bohongi. Dan dari sampai di situ, benar-benar ia meyakini dengan mendekatkan kembali dengan Agung,  Allah memiliki rencana, agar  ia lebih memahami sebenarnya siapa sosok Agung. Bukan untuk di harapkan, tapi untuk di luapakan...
All is well, semua akan baik-baik saja, hanya itu yang membuatnya berthan samapai saat ini

Laki-laki, sungguh aku tak mengerti...
Mudah ia hadir dengan membawa cinta, meyakinkan cinta, lalu kemudian menyakiti cinta karena menduakan cinta, hingga berakhir sampai sang wanita memendam cinta..... lalu kini, setelah silam wanita itu lupa dengan segala perih yang tertanam di hati, laki-laki itu hadir kembali membawa cinta itu kembali padanya, namun lagi-lagi.... menyakitinya kembali.

Laki-laki, sungguh aku tak mengerti...
Bukan maksud mengklaim segalanya salah laki-laki, hanya saja bisakah ia menanam cinta dan menjaganya untuk ia yang benar-benar mencintainya. Mereka begitu mudah mengatakan cinta. Duh... laki-laki, mengertilah, sedikit rayuan mu, maka wanita dengan mudah jatuh hati pada mu...

Laki-laki, sungguh aku tak mengerti...
Meski laki-lakipun berhak menyalahkan perempuan dengan pertanyaan yang serupa. Namun tetap saja, aku tak mengerti....

Laki-laki,
Aku mohon kau mengerti, sedikit rayuan mu pada wanita bukan muhrimmu, itu adalah maut untuknya

Wanita,
Atas perasaan mu yang sangat peka, jagalah hatimu, agar jangan mudah mendengar rayuan dari laki-laki bukan muhrim mu.

AKU PUN INGIN MENIKAH....

Menikah.....
Siapa yang tak menginginkan, namun bagaimana kita tau suami kita adalah jodoh kita, sedang sekarang marak dengan kasus perceraian. Seolah-olah pernikahan adalah suatu permainan sesaat hanya untuk membenarkan suatu hubungan, lalu dimana Jodoh itu berada




Pernah dalam suatu perbincangan aku dihadapkan oleh pertanyaan seputar jodoh. Bila menikah bagaimana kriteria pasangan yang aku inginkan, maka ku jawab dengan sederhana “ia dalah seorang pria yang tampan, tinggi, putih, dan kaya”..sontak orang itupun terperajat, matre juga di kira aku ini sedang parasku dipandangnya tak terlalu cantik ukurannya, namun permintaanku sangatlah tinggi, kemudian kujelaskan “ia adalah seorang pria yang tampan, bukan sekedar  parasnya tapi juga wibawanya, ia adalah yang tinggi akan iman, sehingga ia mampu menuntun ku untuk menjaga dan meningkatkan keimananku, ia adalah seorang yang putih hatinya, meski tak luput dari kekhilafan, namun isinya kita adalah saling mensucikan hati, dia adalah orang yang aya, kaya akan sedekah, meski tak pandang dari harta yang melimpa”. Kemudian iapun tersenyum tanda sebuah penghargaan. Lanjut kepada pembicaraan, kapan jodoh itu datang, dan kujawab sekenanya “ya sekarangpun bisa jodoh itu datang”.... mukanya berkerut tanda keheranan, “lalu bagaimana kita tau kalau ia jodoh kita”. Ia menimpal. Hmmmm sembari ku berfikir kemudian lepas akupun menjawab “ketika kita percaya, saat fitrah mencintai seseorang datang, dan begitu juga dengan dirinya, dengan fitrah yang jatuh kepada kita sehingga timbul rasa sayang kepada kita, saat itulah salah satu tanda bahwa jodoh kita datang atau bisa jadi itu hanyalah sebuah godaan. Jangan bertanya kok bisa begitu, ya bisa...!, mencintai seseorang adalah godaan plus sebagai pertanda bahwa bisa jadi ia adalah jodoh kita, maksudnya, ketika ada dua orang saling menyayangi, dan rasa sayangnya sudah terungkapkan dengan jelas, namun kemuadian rasa sayang itu direalisasikan dalam hubungan terlarang (pacaran) itulah pertanda bahwa kita tak dapat menahan godaan. Namun ketika kita mampu membawa fitrah itu kejalan yang Mulia, itulah pertanda jodoh kita telah datang”. Kerut di dahinya semakin menjadi, ia mulai bingung nampaknya, “kalau kasusnya belum berani menikah tapi dua-duanya saling sayang gimana..”..... kembali ia bertanya “itu tantangan” jawab ku tegas.... dan kali ini aku sedikit puas, karena ia nampak bingung akan bertanya apa lagi.... aku kemudian menerangkan sedikit sepengetahuan ku “ketika kita belum berani membawa fitah itu kedalam pernikahan itu adalah tantangan, tantangan bagaimana meyakinkah diri kita dan percaya kepada Allah, bahwa bila benar ia jodoh kita, Allah pasti akan mempertemukan kita, bila memang tidak di pertemukan tau semisal ternyata ada yang menikah duluan, percayalah bahwa ada yang lebih baik yang akan Allah berikan kepada kita ”.....dia mengangguk kecil. Setidaknya aku tau ia mulai paham dengan kata-kataku. “kalau begitu, jodoh itu apa”..... ia bertanya kembali. Hhhhhh helaan nafasku semoga bisa menemukan jawaban....bismillah bisiku dalam hati “jodoh adalah ketika kita mampu membawa sebuah ikatan kedalam pernikahan, dan mampu mempertahankan apapun yang akan terjadi nanti, karna di dalamnya ada unsur saling menghargai, saling mengerti, kejujuran dan kesetiaan”. jawab ku puas... anggukan keduanya semakin meyakinkan ku bahwa ia telah paham dengan pembahasan tentang jodoh hari ini, tapi ternyata tidak juga, masih juga ia bertanya “lalu, bagaimana dengan orang yang menikah karena paksaan, atau menikah karena terpaksa dan bukan dengan orang yang ia cintai...?”. aku pernah menemukan kasus ini, setidaknya peristiwa itu sedikit membantuku untuk menjawab pertanyaan ini “hmmm, bila ia menikah karena terpaksa atau dipaksa, dan jelas yang ia nikahi bukanlah orang yang ia cintai, itulah tantangan. Tantangan bagi kita untuk bisa mempertahankan rumah tangga kita yang terlanjur tejalin, dengan jalan Allahlah sebagai pacuan. Ketika kita menanamkan rasa saling menghargai, saling mengerti, kejujuran dan kesetiaan, insyallah Allah akan memberikan jalan kepada kita”. Ohhhh ya ya ya..... ia tersenyum puas “hmmm... mbak, bisa gak kita menemukan jodoh yang sesuai dengan keinginan kita...?”. sangat bisa” kataku, “Allah memberikan jodoh tak lepas dari bagaimana kepribadian kita, akhlak kita, iman kita, ikhtiar kita, kelakuan kita, dan semuanya tak jauh-jauh dari bagaimana keberadaan kita di mata Allah, bila kita meminta orang yang baik, maka jadilah orang baik. Karena orang baik pasti hanya mau dengan orang baik, pun dengan Allah menjanjikan dalan sebuah ayat yang berbunyi , lali-laki baik dalah untuk perempuan yang baik, begitu pula sebaliknya. Jodoh ituada dimana-mana..”!.  kerut di dahinya nampak kembali, maka sebelum ia bertanya akupun segera meneruskan pembicaraan, “jodoh itu ada dimana-mana, jodoh gak cuman satu, jodoh bukan sebatas tulang rusuk, bahkan kita bisa menemukan tulang rusuk itu dimana-mana, dan yang saya yakini bahwa tulang rusuk itu bisa tertukar, setidaknya itu yang aku tau, karena apa...? karena bila akhlak kita buruk, maka tak lepas kitapun akan menemukan seseorang yang berkahlak butuk, namun bila kita perlahan merubah perangai kita, maka saat itu juga Allah merubah jodoh kita. Allah menurunkan jodoh berdasarkan kadar diri kita sebatas apa, hingga mampu mendapatkan yang sesuai dengan kadar diri kita sendiri, orang miskin mendapatkan orang kaya, bukan dilihat dari kadar kekayaannya, tapi Allah melihat kadar keimanannya”. Lalu gimana mbak dengan kisah seorang yang alim, tapi ia mendapatkan orang yang begajulan, kemudian saya jawab dengan candaan renyah “hohohoh, bisa jadi memang sejatinya ia punya perangai yang begajulan sehingga Allah menurunkan orang yang begajulan, atau... bisa jadi orang yang begajulan tadi ingin merubah perilakunya, sehingga tertanamlah sifat baik dalam dirinya, dan Allah menjadikan orang alim tersebut sebagai perantara untuk ia menjadi lebih baik”. Ia pun tersenyum puas, dan perbincangan kita terhenti..

Semoga bermanfaat

Bandar Lampung, 26 Juli 2012

Aku takut di "MADU"

Bagaimana sebenarnya perasaan seorang istri dengan status Istri tua....


Aku takut dengan bayangan masa depan, siapa suamiku, bagaimanakah ia, seperti apakah ia, namun apapun itu, bukan masalah harta, rupa, atau jabatan yang aku resahkan. Namun karena aku takut di madu..........

Benar adanya kalau seorang  laki-laki boleh menikah lebih dari sekali. kadang fikiranku menerawang jauh membayangkan perasaan seorang wanita bila ia di-Madu. kenyataannya aku lahir dari keluarga yang Ayahku sendiri beristri dua. dan aku adalah anak dari Istri pertama. Aku belum tau benar bagaimana perasaan Ibuku saat itu. karna usia ku yang masih terlalu dini untuk mengetahuinya. Hanya sekarang.....?
Usiaku genap 22 tahun, saat perasaan ini sudah terngiang oleh bayangan seorang suami.  Dan coba menerka kehidupan berumah tangga. Seorang wanita, sejujurnya, apakah ia rela di madu....?
Ada sedikit catatan kecil di benakku, tentang kehidupan rumah tangga yakni tentang suami yang memiliki dua orang istri. Penuh dengan hinggar binggar cibiran masyarakat, ramai dengan obrolan renyah tak bersahabat. Belum di dalamnya ada cekcok ketidak seimbangan baik antara perlakuan seorang suami atau masalah jatah bulanan.
Wanita..........
Saya sendiri adalah seorang wanita. Dan status saya belum berumah tangga. Gambaran seorang wanita sangat jelas ada di benak ku. Bahwa wanita adalah sosok yang lembut hatinya, meski ia berpenampilan machoo. Wanita adalah sosok yang rapuh, meski tak jarang wanita lebih menggunakan mulutnya untuk mempertahankan diri. Wanita adalah sosok penyeyang, meski tak jarang ia memberikan kesan pemarah. Wanita, sosok yang penyabar, meski dalam kesendiriannya ia pasti luluh dalam tangisan. Wanita sosok yang tegar, meski dalam hatinya, nampak porak-poranda tak beraturan. Wanita adalah sosok yang setia, dan kesetiannya nampak ketika ia lebih memilih bertahan dengan status istri tua......

Aku jelas tak paham apa yang ada di dalam hati seorang laki-laki, bagaimana ia dengan mudah menduakan istrinya. Lepas dari permasalahan, karena iba dan ingin membantu, seperti yang Rosulullah lakukan ketia beliau menikahi seorang budak. Tapi yang ini jelas berbeda, ketika seorang suami memutuskan untuk menikah lagi dengan wanita lain sedang mereka sudah di timpa kemewahan dengan istri pertamanya . Apa yang sebenarnya mereka pikirkan, atau hanya kesenangan sesaat karena wajah yang rupawan , atau karna merasa menemukan yang lebih indah untuk dipandang mata, atau karena bosan dengan istri pertamanya, padahal ialah  yang jelas-jelas pertama kali menemani dengan setia perjalanan sang suami, dari bawah sampai ia mampu berdiri diatas. Tak terfikirkankah, apakah rumah tangganya akan lebih bahagia dari sebelumnya...?
Hhhh........... laki-laki,
Aku benar bangga kepada mereka, para istri yang rela mengijinkan suaminya menikah kembali dengan wanita lain. Aku sangat terharu pada mereka, para istri yang ikhlas karena mengijinkan satu-satunya cinta dalam dirinya kini membagi kasih dengan orang lain. Dengan dalil syariat islam, bahwa Allah memulyakan seorang istri yang mengijinkan suaminya menikah kembali yang bahasa trennya adalah berpoligami.
sedang aku, mampukah aku seperti itu kelak...? bila suamiku ternyata memutuskan untuk berpoligami...?
Jujur aku katakan TIDAK....!
Meski ia, sang istri mengatakan rela, namun hatinya, bagaimana rasa sakitnya. Meski ia, sang istri mengatakan ikhlas, namun rintih remuk tubuhnya, adakah yang tau....? hanya wanitalah yang bisa merasakannya. Aku sendiri pernah menyayangi seseorang, ketika ku tau ia mendiakan aku, betapa sakit benar hatiku. Sedang dulu status kami hanyalah berpacaran. Karna jujur ku akui, aku dahulu belum paham benar bagaimana islam mengatur sebuah hubungan yang mulia. Bukan hanya sekedar pelampiasan rasa sayang namun tanpa ikatan.
Aku ingat rasa sakit dan perih ketika kesetiaanku terbuang sia-sia, yang aku sayangi menduakan aku, sedang kutanam dalam-dalam hanya untuk dia cintaku ini. Dan dia ternyata menduakan aku denga orang lain. Dia yang aku sayangi meski mengatakan benar-benar mencintaiku, namun tetap saja aku merasa dia sudah menhancurkan hatiku. Sangat perih, sangat dalam, bahkan butuh waktu panjang untuk benar-benar melupakan peristiwa itu.  Yahh... saat itu adalah saat aku pertama kalinya mecintai seorang laki-laki  dengan sangat dalam hingga ikatan itu berstatus berpacaran. Sekarang, bagaimana bila kasusnya adalah sebuah ikatan yang jelas-jelas benar di mata Allah, namun sang suami memutuskan untuk membagi cinta dan kasihnya, bagaimana rasanya...? ataukah mungkin karena dulu aku belum benar-benar mencintai Islam, atau karena dulu aku menjalin hubungan yang dilarang. Sehingga rasanya begitu sakit ketika dihianati sang kekasih...!
Hhhhh..... aku benar tak paham.....
Aku ingin suamiku setia dengan pengorbananku, aku ingin ia menemaniku sampai akhir kehidupan ku, sampai itu pulalah kesetiaanku tertanan dalam hatiku. Aku ingin ia adalah sosok satu-satunya bagi anak-anak ku. aku ingin kisah ku tak terbagi dengan orang lain, dan satu alasan yang meguatkan aku adalah, aku tak ingin mengulang kisah almarhum ibuku.....
 Salam ukhuwah,untukmu ikhwahfillah
Bila telah yakin kau untuk meminang seorang wanita, maka yakinkan ia, apapun yang terjadi , kesetiaan itu akan terus tertanan dalam dirimu... karena, benar kau tak paham bagaimana perasaannya, bagaimana dengan kami, kamipun tak tau apa yang ada dalam pikiran mu......

Bandar lampung, 25 Juli 2012