Minggu, 22 Juli 2012

Aku menikah bukan karna Cinta

jujur aku tak mencintai suami ku, pernikahan ku bukan karna keinginan ku, bila aku boleh meminta satu hal saja, aku ingin memeluknya, memeluk orang yang aku puja sekali saja....
Add caption

gusar hati ku menunggu, berkali-kali ku tengok seberang jalan, kau tak jua datang. ahh, helaan nafas ku membuat ku semakin merasa bersalah dan menyesal. aku memendam cinta pada mu, namun kenapa bukan kamu yang sekarang ada di samping ku. apa artinya sembah sujud ku  tiap malam, apa artinya do'a-do'a ku yang aku tujukan pada mu. apakah diri ini memang tak pantas untuk mendapatkan mu.apakah memang Tuhan tak mendengar do'aku. bukankah Ia maha mendengar , sedang aku sudah memendam cinta ini sejak lima tahun lalu sejak dan sejak itu pula aku melayangkan do'a untuk bisa hidup berdampingan dengan mu, menjadi istrimu dan memiliki anak-anak yang lucu. Namun ternyata semua do'a ku hanya terkabul dalam mimpi ku. sungguh, ingin rasanya aku merasakan pelukan mu, meski hanya sekali saja.

 "Dek".... panggilan lembut dari belakang semakin membuat hati ku panas. "maaf mas lama, sumpek di dalam, susah mau keluar masuk" dan aku hanya membalasnya dengan senyuman kecil. Rian kembali duduk menemani ku di pelaminan. sungguh tragis, betapa malang orang ini, aku sama sekali tak mencintainya, betapa dzolimnya aku ini. tapi semua ini bukan kehendak ku. hhhhh..... aku menghela kecil. Rian ohhh Rian, dialah orang yang sekarang ada di samping ku, yah, dia adalah calon suami ku, tepatnya ia adalah suami ku. aku baru mengenalnya seminggu yang lalu dari orang tua ku. seminggu sebelumnya, tepat ketika guru ngaji ku menyodorkan satu bundel proposal berisi biodatanya seorang ikhwan, sontak aku terperajat, namun aku tak ada hasrat untuk menyentuhnya. hanya ku lihat sekilas fotonya, itupun karna guru ngajiku yang menunjukannya pada ku. tiga hari sesudah itu, aku mulai di landa kegundahan yang amat sangat. kerinduan pada seseorang yang aku dambakan sejak dulu, aku menginginkannya, yah sangat menginginkannya. hingga aku memutuskan untuk mencari jawaban darinya. ku dapati nomer HPnya dari dulu. hanya aku tak berani menghubunginya. aku memulai dengan sms. bergetar seluruh tubuh ku, jantung ku berdebar tak menentu, pantaskah aku bertanya... ahhh akupun teringan sosok khodijah.maka segera ku ketik sms "bismillah, assalamu'alaikum... shobahul khoir ya akhi. akhi, ku coba menjadi sosok khodijah meski hati ini serasa berkecamuk menahan malu, diri ini mendambamu sedari dulu, mungkinkah ada seseorang yang sudah ada di hati mu ....salam Khusna" , terkirim..... hahh aku panik, ku coba membuka item terkirim, adakah yang salah dari sms ku.... jantung ku, serasa bagai bedug sebelum adzan magrib, aku tak sedang berlari, namun keringat dingin mengucur, sebentar-sebentar ku lihat hp. nada dering sms sangat membuat ku risau tiap berbunyi, berharap itu datang darinya. sudah dua jam aku menunggu dan pikiranku mulai kacau. mungkinkah ia tak mengenal ku, tidak mungkin, kita pernah satu organisasi di kampus, atau jangan-jangan dia sudah memiliki seseorang... ahhhhhhhh gumamku tak keruan. lalu tiba-tiba, dering sms meyakinkan ku bahwa itu darinya, dan..."Glek"... itu bukan darinya......

Pikiran ku benar-benar tak tenang, bahkan tahajutpun ternyata tak menyembuhkan ku, hari ini aku memutuskan pulang kerumah, tepat dua hari sudah aku menunggu balasan darinya. apa yang sebenarnya sedang menimpa ku, aku terus saja berfikir begitu. ya robb pada-Mu ku bersimpuh.

Ada yang berbeda di rumah ini, ada apakah, semakin membuat ku penasaran. wajah berseri kedua orang tua ku sedikit memberikan ku keteduhan, tapi ada yang aneh, mungkinkah karena tiga bulan aku tak pulang. perasaan curiga ini tetap tak bisa di tepis, sepertinya akan ada tamu yang akan datang, Mama sibuk menyiapkan banyak masakan, pikirku tak separah ini juga ketika aku hampir enam bulan tak pulang. lalu kudapatkan jawabannya dari keponakan yang kebetulan sedang berkunjung. dan memang ternyata nanti malam ada teman ayah dan anaknya silaturahim kerumah..

tepat jam delapan bel rumah berbunyi, aku sedang asik di kamar dengan ringkihan yang masih terbawa kerumah. dalam do'a ku benar-benar menginginkannya. lalu kemudian, aku dikagetkan oleh panggilan ayah yang meminta ku keluar, akupun bersiap-siap. tak ada perasaan lain kecuali sesak di hati karena menanti jawaban. namun, setiba ku di ruang keluarga, "DUARRRRRR" bagai petir menggelegar, dan ku hanya mengedipkan mata. bergumam hatiku, "Dia, sosok laki-laki, anak teman sahabat ayah ku, yah aku pernah melihatnya, dan aku masih ingat wajahnya, dia adalah orang di foto yang pernah guru ngajiku sodorkan seminggu yang lalu, dia adalah Rian". dan ternyata malam ini adalah malam perjodohan kami.... ya Allah, apakah ini jawaban mu... hingga dia yang ku damba sampai sekarang tak membalas sms ku... aku pasrah kepada orang tuaku, meski berat, dalam hati hanya ku yakini Allah punya rencana lain. namun satu hal yang membuat ku menangis dalam dada, terasa badai berkecamuk, ketika ku bangun di pagi hari ku dapati sms dari dia "bismillah, wa'alikumsalam ukhti, af1 ana baru memberikan balasan, sudah terlambatkah, ukhti... maafkan diri ini yang sempet berfikir lama, anapun tak sanggup memutuskan dengan segera, ukhti sholihah yang di rahmati Allah, sudikah kiranya aku menerimamu menjadi istri ku.....salam ku Ikhsan".....aku merasakan sakit yang teramat sangat, bertubi-tubi rasanya jasad ini... bagaimana aku membalasnya......

"Dek,....melamun yah".. ahhh aku tersadar, ada orang yang menanti ku berjabat tangan.... sms itu berlalu, dan ku balas dengan selembar undangan pernikahan ku. namun kini sungguh tak kudapati ia hadir di pernikahan ku. mungkinkah ia sakit hati, sampai seperti inipun aku masih berfikir kalaupun ia jodohku aku pasti kembali padanya.......

sepuluh hari sudah selepas pesta pernikahan ku, kami sudah memutuskan untuk hidup di rumah sendiri. sepuluh hari kurasakan dengan biasa-biasa saja. aku menemani suami ku dikala ia tertidur, namun sungguh kutakan "aku tak mencintainya" ... malam pertama pun kulewati dalam kegelapan, karna aku tak sanggup menatap wajahnya. Rian ohh Rian, beginikah istri yang pantas untuk mu. engkau begitu sempurna di hadapan wanita lainnya, namun bagiku...?, sungguh dia memberikan ku perhatian yang luar biasa, aku bak ratu di singasananya, namun berat hati ku menerima dengan ikhlas, ku coba untuk menghargai semua yang telah ia berikan pada ku, termasuk ciumannya dipagi hari sbelum ia berangkat kerja. sampai kapan aku bertahan, akupun tak tau..?

kupandangi luas halaman teras depan rumah ku, suamiku baru saja pergi. dan aku akan bersiap ke kampus. suntuk sungguh suasana hatiku, bahkan bunyi dering SMS ku buka dengan lesu. ahhh satu sms dari teman kampusku si Lira, "klik" bunyi hp saat ku buka inbox. ini bukan sms yang biasa aku terima, ini sms bukan menanyakan tentang kuliah. ini sms tentang kabar duka, innalillahiwainnailaihirroi'un....ikhsan......

Darah di sekujur tubuh ku seolah-olah membeku, kepala ku serasa berat.sungguh aku tak menyangka. inikah jawaban atas do'a-do'aku yang tak terkabul. kudapati info bahwa selama ini Ikhsan menderita kanker ganas.. kudapati info juga dari sahabat dekat Ikhsan. bahwa selama ini Ikhsan juga memendam rasa kepada ku. Semua kudapatkan hari ini, termasuk SMS yang tak kunjung datang. Karena waktu itu, Ikhsan sedang ada di Rumah Sakit. Ya Allah..... betapa banyak nikmat yang ku lewatkan, termasuk peristiwa ini. Meski hatiku sakit, tapi sungguh ini adalah hari yang benar-benar membuka mata hatiku. Aku sampai tak sempat berfikir jika seandainya aku menikah dengan Ikhsa, statusku hari ini adalah Janda. Bukankah hatiku akan bertambah sakit.

Ya Allah sembah sujudku tiada henti, benar adanya Engkau telah memberikan hal terbaik dalam hidupku, Engkaulah yang Maha Tau, apa gerangan yang sesungguhnya pantas untuk hamba-Mu. sejak saat itu aku putuskan untuk mengabdikan seluruh hidupku untuk suami ku, yang setelah aku sadari betapa Sholehnya Ia..

inspirasi seorang sahabat...

Bandar Lampung, 22 Juli 2012

silahkan berikan komentar....