Sabtu, 22 Februari 2014

Lisanmu Berucap, Jarimu Menjawab

Kamu menyalahkan orang lain (padahal belum tentu dia salah). Sekalipun memang dia berada di langkah yang salah, namun kamu tidak mampu memperbaikinya (minimal menegur dengan baik), malah kamu mencibir dengan sinis (seolah-olah kamu benar) , dan menyebarluaskan kesalahan si dia kepada teman kamu, saudara kamu, bahkan orang-orang yang kamu temui. Maka itu adalah indikasi, bahwa kamu sebenarnya lebih buruk dari dia.

Terkadang lisan ini begitu mudah terpeleset menengok keburukan seseorang. Begitu mudah mendaftar kesalahan orag lain, berbicara seolah bernyanyi, menggunjing tanpa sadar namun pasti.

Astaghfirullah, namun tetap saja Allah maha pemaaf, namun apakah si dia mudah memaafkan.

Ibarat jari yang sedang menunjuk, ketika kita memperolok orang lain, satu jari menyalahkan si dia, dan keempat jarinya sebenarnya memperolok-olok diri sendiri.

Astaghfirullah, letakkan tangan ini ke dada, dan rasakan bahwa di dalam sana masih ada hati dan jantung yang berdetak merdu.

Lisan ini adalah mutiaranya hati. Apa yang sering di ucapkan adalah gambaran apa yang ada di dalam hati. Semakin banyak lisan mengingkari hati, semakin banyak noda-noda melumuri sang hati.

Astaghfirullah,
bahkan kalimat ini, apakah cukup untuk menghapus semua ucapan-ucapan yang telah berlalu. Sebanyak apakah lisan ini menabung dosa ketimbang menabung untuk surga.

Astaghfirullah,
Lisan ini . . .
Ada rem yang sebenarnya mampu mengendalikan lisan ini. Dan rem itu adalah hati. Namun sayangnya, hati ini sudah tersakiti oleh banyak penyakit dari lisan ini. Allahuakbar, namun Kau tak pernah lelah membuka pintu taubat untuk kami. Bahkan ketika kami kembali asik dengan kesalahan kami, Kau masih mengguyuri kami dengan cinta. Lalu ketika kami tersadar, pintu itu masih terbuka.

Allahuakbar ....
Engkau yang Maha pemilik Kebenaran.

Nikmat benar ketika hati ini berdamai dengan tobat Mu. Dan kembali tersadar bahwa di luar sana, ada orang-orang yang pernah tersakiti. Namun diri ini terlampau malu mengatakan maaf, dan hanya berani beradu pada Mu.

Allahuakbar, maka sampaikanlah maaf ini, pada jiwa-jiwa yang pernah tersakiti. Melalui do'a ini,memalui penyesalan ini. Sembuhkanlah hatinya, redamkanlah gemuruh hatinya. Kemudian tumbuhkan cinta ketika kami berjumpa.

Allahuakbar

Bila hari ini adalah hari terakhir ku, maka tulisan ini adalah wujud penyesalan atas banyak khilaf yang terucap dari lisan ini.
Bila esok masih Kau beri kesempatan, maka akan ku jadikan lisan ini untuk menyampaikan ayat-ayat Mu,
Bila banyak waktu yang masih Kau berikan, akan ku jadikan diri ini, senantiasa menanam cinta, atas cinta yang tertuang dalam ayat-ayat Mu.

Muhasabah sore

Sebuah catatan atas perenungan diri

Tidak ada komentar: