Senin, 23 Juli 2012

JILBAB KU LEBAR, SO WHY...??



Aku akui aku bukanlah orang baik, jilbab lebarpun tak menjamin ku untuk menjadi orang yang baik di sisi Allah, namun dengan beginilah aku merasakan kenyamanan.

Entah apa yang dipikirkan oleh mereka, setidaknya hanya jawaban itu yang bisa aku lontarkan pada mereka. Pagi ku, aku awali dengan syukur dan aktifitas sebelum aku berangkat ke kampus. Tepat jam 10.00 aku berangkat ke kampus. Tidak ada hal aneh yang aku rasakan. Namun, “deg” badan ku tiba-tiba gemetar...... aku malangkah menuju gerombolan teman sekelasku. Namun aku serasa begitu jauh dengan mereka, aku bak mahasiswa baru dengan wajah yang aneh, sehingga seluruh mata wajib memandangku. Bukan, pandangan itu bukan pandangan bersahabat, pandangan itu lebih tepat mereka tujukan pada buronan yang masuk kampus. Aneh, pandangan sinis dan nyaris tak bersahabat. Bahkan pertanyaanku di awal perjumpaan tak juga menenangkan suasana. Aku tak menyangka akan mendapatkan sambutan seperti ini.
But, Why...? adakah yang salah dari diriku.... 

Jilbab ku lebar ini keputusan ku, sebelumnya memang tanpa ada kompromi dengan teman-teman sekelasku. Itupun karena aku sering bergaul dengan mereka yang sering di sebut sebagai Akhwat. Pernah ada yang komentar, kalau aku keseringan pergi dari kelas selepas kuliah ketimbang ngobrol dengan teman-teman sekelas ku. Itu dulu, yah itu dulu. Ketika aku merasa menemukan sahabat yang pas, cocok, dan nyaman. Ketika aku baru mengenal bangku kuliah dan aku menginginkan sahabat, dan merekalah sahabt pertamaku, teman-teman sekelasku. Aku memiliki geng sendiri berjumlah enam orang. Kami sangat akrab, dikenal sebagai kelompok yang solid dan pintar. Hanya, sungguh aku merasakan ada yang mengganjal dalam diri ku. Aku merasa mereka hanya ada ketika aku bisa menemukan sesuatu dan bisa mengerjakan sesuatu. Tugaskah, PR-kah atau makalahkah. Aku meiliki perasaan yang peka, seringkali aku merasa mereka membicarakan aku dibelakang, jelasnya membicarakan kesalahan dan kekuranganku. Waktu berjalan hingga empat semester aku selalu bersama mereka.aku tak  jauh berbeda dengan mereka, aku adalah satu orang yang menganggap cewek berjilbab besar adalah orang-orang yang munafik. Karena saat itu, sering kali aku melihat mereka para ikhwan dan akhwat berduaan, bahkan aku sering mendapati sms mesra tak sengaja tertangkap oleh mata ku.di tambah ada satu kasus yang membuat ku merasa enggan melihat cewek yang berjilbab lebar, yahh tepatnya guru ngaji sahabat ku hamil di luar nikah “ohh my god”..... oke stop itu dulu, dan sekarang aku harus siap bila teman-teman sekelasku berfikir seperti itu tentang aku sekarang. Ahaa, tepatnya aku yang sekarang berjilbab lebar.

Keputusanku bukan tanpa sengaja, . Sempat aku berperang dengan diriku sendiri, sebelum berperang di hadapan mereka. Aku takut, begini aku serasa aneh di hadapan mereka. Aku dikenal sebagai anak yang rame, tiba-tiba muncul sebagai sosok yang terasing. Akupun menyadari dengan kehadiran aku yang serba mendadak dengan penampilan yang berbeda. Namun sungguh, itu bukan karna aku ingin mencari sensasi. Aku pun tau konsekuensi apa yang harus aku terima. Akupun menyadari adanya jarak antara aku dengan sahabat se-geng ku dulu, namun jauh di dasar hati ku, aku menemukan kedamaian, aku menemukan sesuatu yang tak mereka miliki dan itulah yang membuat ku bertahan dengan penampilanku sekarang.

 Meski sekedar guyon, aku sadar mereka tak sekedar membuat lelucon, mengatakan baju setumpuk-tumpuk, jilbab dobel-dobel- atas bawah, apa gak panas, nyucinya gimanalah, apa ya cukup gantungan baju buat nyuci baju sehari.... heuhhhhh.... jujur aku sesak mendengarkannya. Ada rasa minder ketika masalah itu di ungkit-ungkit. Namun, aku sadari kenapa mereka berkata seperti itu. Seperti halnya dulu, aku menganggap semua cewek berjilbab besar adalah monster, dan bla bla bla... itu bukan tanpa alasan. Semuanya aku pahami saat ini, saat dimana aku tersadar akan apa yang aku pikirkan dulu. Bahwa setiap orang berbeda. Gak semua orang berjilbab besar seperti itu, sekilas memang ada hal nyata ketika ikhwan dan akhwat kepergok smsan mesra, atau malah jalan bareang. Bahkan dengan lantang sahabatku mengecap para ikhwan dan akhwat adalah manusia yang dikendalikan oleh partai. Hhhh..... helaan nafas yang tak kunjung berhenti, bila komentar itu melayang tiba-tiba. Gak hanya sekali-dua kali, tapi berkali-kali. Namun akupun bisa menegaskan bahwa tidak semuanya seperti itu. Kebaikan seseorang wanita memang bukan dilihat dari seberapa lebar jilbabnya, namun itu terpanjar dari hati yang tertutupi di balik jilbabnya. Aku hanya bisa melontarkan senyuman, sejenak kurasakan kebanggaan karna dapat merevolusi diri. Memang aku bukan orang baik, namun dengan begini aku akan belajar menjadi orang baik, dihadapan Allah tentunya. So... Why.. ? apapun yang orang katakan tentang makhluk bernama akhwat, itu tak jadi masalah bagiku... karna aku sangat yakin, meski bukan sekarang, aku akan mendapatkan sesuatu yang luar biasa, bukan sekarang, tapi nanti.... karna esok , semua akan indah pada waktunya....

mohon komentarnya.....

1 komentar:

tri sujarwo mengatakan...

mengaharu biru membaca kisah qori, perjuangannya amatlah besar dan tidak gampang... qori everlasting deh pokoknya.....Semoga bisa terus istiqomah